01.10.19 Lelaki #1


Aku adalah seorang laki-laki. Tidak begitu ganteng dan jelek. Tidak tinggi dan juga pendek. Agak pendiam. Perjalanan hidupku di awali dengan adanya seorang perempuan yang membuat hati dan pikiranku terkadang tidak sejalan. Ketika hatiku ingin menyapa dia, tapi otakku terlalu lambat untuk melakukannya. Yang pada akhirnya, aku hanya memandangi dia dari jauh. Dia begitu mempesona, sempurna di dalam segala hal menurut hati dan otakku. Dalam hal ini, hati dan otakku bisa saling kerjasama.

Di suatu waktu, kita di tempatkan pada situasi berada di dalam satu ruangan yang sama. Dia hang out dengan teman-temannya, begitu juga aku. Dia begitu energik dan senyum ceria dia selalu menghiasi wajahnya. Dengan memberanikan diri, aku mendekati dia dan menyapa dia. Dia balas menyapa dan tersenyum ramah. Aku mencoba untuk memperpanjang waktu obrolan dan sepertinya dia tidak keberatan dengan sikap dia yang santai. Entah berapa lama dari peristiwa Ini, kita akhirnya menjadi dekat. Dan perasaanku terhadap dia menumpuk semakin besar. Dan aku menyatakan rasa cintanya. Tapi dia sudah ada pacar atau orang yang dia cintai dari sikap dan perkataan dia yang tidak memberi jawaban.

Aku mencoba bersabar menunggu dia dengan tidak mengganggu hubungan mereka. Mencoba selalu ada ketika dia butuh seseorang untuk berkeluh kesah. Kita dekat tapi tidak melanggar hubungan dia dan laki-laki itu.

Pasangan dia tidak begitu perhatian dan menyia-nyiakannya. Meski aku ikut geram dan kesal tapi tetap tahu batasan-batasannya. Sampe suatu ketika dia di tinggalkan pasangannya. Dan aku selalu menemani dan menghiburnya.

Suatu ketika setelah perasaan wanita ini sudah stabil laki-laki ini menyatakan lagi perasaannya. Entah kenapa dia ini tidak begitu tertarik. Atau mungkin ada rasa trauma dan takut, kalo aku tidak begitu serius seperti laki-laki yang sudah-sudah. Tetap saja aku selalu menunjukkan sikap dan perilaku ke dia dengan apa adanya diriku.

Sampai suatu ketika, dia menyadari kalo dia ada rasa ke diriku. Dia merasa cemburu ketika melihat aku bersama temanku perempuan. Aku tahu dia memperhatikan dari jauh dan mencuri-curi pandang. Tapi dia tetap menyembunyikannya. Dan juga teman-temannya juga tidak begitu menganggap kalo aku orang baik. Keluarganya juga tidak memperhitungkan dia untuk menjadi orang yang bakal menikahi dia suatu hari nanti.

Suatu ketika, Dia mengadakan seperti suatu pesta di rumahnya. Dia mengundang teman-teman dan juga keluarganya, Aku juga di undang. Disana mereka banyak terjadi percakapan-percakapan mengenai banyak hal. Aku mendengarkannya dengan sabar ketika dia berbicara.

Pada suatu waktu, di sebuah ruangan dekat teras rumahnya, Kita berdua asyik berbicara sampai melupakan situasi di sekitar. Kita asyik sendiri dengan obrolan kita. Dan aku mempertanyakan, kenapa dia tidak melangkah mengambil tantangan yang ada di depan dia. Apakah teman-temanmu menganggap kalo aku ini bukan masuk perhitungan bagi mereka, bukan baginya? Dan dia menjelaskan dan mengakuinya. Juga keluarganya tidak memperhitungkannya. Jadi dia tidak melangkah. Aku mencoba dengan sabar mendengarkan dia bicara. Dan merasakan juga kalo dia ada tumbuh rasa cinta tapi dia pendam.

Aku mengajaknya ke ruangan lain, agak jauh dari orang-orang, dan pada kesempatan yang baik, Aku menciumnya, menunjukkan ketegasanku akan rasa cintaku meski dia agak takut. Ciuman pertama kita akhirnya menambah lagi ikatan rasa kita berdua.

Keadaan sudah berubah menjadi agak terang. Dia sudah bisa menerimaku. Meski keluarga dan teman-temannya tidak memperhatikan kita berdua. Pada suatu ketika, ada laki-laki yang datang ke dia. Keluarga dan temen-temannya sepertinya menyetujui kalo misalnya laki-laki itu mendekatinya. Aku Mengetahui hal itu dan berbicara dengannya, kalo memang kamu ingin mendapatkan kebahagiaan dari dirimu sendiri, kamu bilang ke keluargamu kalo kamu memilih sendiri apa yang kamu mau. Dia berkata kalo keluarganya memegang penuh atas dirinya dan dia tidak bisa berbuat apa-apa meskipun dia berteriak.

Suatu ketika, diadakanlah Perjamuan antar keluarga dan teman dekat keluarganya, aku hadir disana. Kita sangat senang bisa bertemu di acara yang agak formal ini. Meski kelurganya kelihatan kalo tidak menyukai kehadiranku. Dan kita memang merahasiakan apa yang terjadi diantara kita. Tanpa kita duga, keluarganya mengundang laki-laki yang dipilih oleh keluarganya dan sekalian mereka berdua saling diperkenalkan. Dia menolak tapi tidak berdaya dengan desakan keluarganya dan teman-temannya. Aku tidak dapat menahan marah dan hanya diam aja melihatnya di pojokkan seperti itu. Aku berjalan ke dia dan memegang tangannya, dihadapan semua orang, aku bilang kalo aku akan menjaga dia dan memberi dia kebahagiaan yang layak dia dapatkan. Keluarga dan teman-temannya marah melihat aku yang dengan lancang telah merusak suasana. Mereka mencibir dan merendahkan diriku dengan berkata kalo aku bukanlah siapa-siapa dan tidak bisa melakukan seperti apa yang aku katakan. Mereka mencemoohku. Mereka bilang, tidak mungkin seorang seperti dia mau dan melihat kamu. Bahkan kamu tidak ada apa-apanya dibanding laki-laki yang ada di sini.

“cukup! Kalian sudah terlalu membuat kesedihan dan kehidupannya seperti ini. Sekarang coba dengarkan apa yang dia mau dan inginkan kalo memang kalian sayang dan menganggap dia bagian dari keluarga. Selama ini, aku hanya melihat dan mencoba menahan diri dengan apa yang telah kalian lakukan terhadapnya. Sekarang aku tidak akan tinggal diam. Kita serahkan semua itu kembali padanya. Kalo memang dia memutuskan apapun itu, aku akan menerimanya". Kataku panjang lebar.

Semua keluarga terdiam dan melihat ke arahnya, ingin tahu apa yang akan dia putuskan. Dengan mengambil nafas dan terdiam agak beberapa saat. Kemudian dia berkata, “iya, aku memilihnya, dia yang selama ini kalian lihat dengan sebelah mata dan bahkan mencemoohnya, selama ini, dia melindungi dan menjagaku dengan tulus. Dan aku mencintainya".

Dan begitulah kisah itu terjadi beberapa tahun dari pernikahan kita sekarang. Tidak ada lagi yang akan mengganggu dan membuat dia bersedih lagi.

Comments

Popular Posts