06.06.20 Asmara asmara

Mempunyai pasangan yang dia sangat sayang dan mencintaiku, begitupun juga aku. Kita bertemu di suatu tempat daerah yang tenang dan penduduknya ramai. Di ingatanku muncul kota Wonosobo. Di situ kita menginap di rumah tengah kota berhalaman luas. Depan pertigaan jalan raya, banyak tukang becak parkir di situ. Kita di gedung utama. Bercat hijau pastel dan bingkai-bingkai kayu bercat hijau matang. Ketika jendela ruangan aku buka, tampak di luar halaman agak luas dan tampak jalan raya utama. Beberapa orang lalu lalang jalan kaki dan kendaraan begitu ramai. Beberapa tukang becak duduk-duduk di bawah pohon, di luar pagar gedung.

Aku duduk di sofa dan pasanganku asyik tiduran di pangkuanku. Aku memandangi wajahnya seakan tidak mempercayai keadaan kita. Kamu yang benar-benar ada di hadapanku dengan rasa sayang yang nyata dan tulus. Sempat berpikir, tidak mungkin seorang kamu mencintai dan menyayangi aku. Kamu tersadar aku terus pandangi kamu dan tersenyum. Kamu bangun dan memelukku, menciumi leher dan wajahku dengan lembut, membuktikan bahwa itu semua nyata.

Aku membalasmu juga. Meski dalam ingatanku bermunculan wajah-wajah orang yang pernah menjadi masa lalu kamu. Dan terakhir adalah sahabat kita sendiri. Aku tidak menyangka keadaan ini. Sangatlah sedih orang-orang yang menjadi masa lalu kita, melihat kebahagian kita. Tapi kenapa aku merasa semua baik-baik saja. Tidak ada huru hara, tidak ada penghianatan di balik ini semua.

Kembali pasanganku membangunkanku dari pikiran-pikiran lama dengan mencium leherku. Aku mendongakkan kepalaku akibatnya. Dia tersenyum lagi dan melanjutkan mencumbuku. Tangannya membuka kaosku sambil tersenyum kecil kamu berkata, kamu tidak akan bisa menerima ini. Kemudian kepalanya di masukkan ke dalam kaosku. Aku tertawa kecil menikmati apa yg dia lakukan. Pada giliranku, aku membuka bajunya dan menciumi lehernya, dia tertawa kegelian merasakannya dan menikmatinya. Kita berdua asyik dengan kemesraan yang kita rasakan tanpa beban masa lalu, tanpa beban ada yang tersakiti. Meskipun ada banyak orang-orang yang kita kenal bahkan sahabat. Karena semua itu masa lalu, semua sudah berjalan masing-masing. Mungkin ini terjadi ribuan waktu yang akan datang dan tanpa tahu kapan ataupun apakah benar-benar terjadi.

Yang pasti, perasaan kita sangat kuat dan benar-benar nyata. Sampai beberapa kali aku memandangimu untuk memastikan ini bukanlah mimpi. Dan dia meyakinkanku kalo memang ini bukanlah sebuah mimpi.

Aku bisa melihat dengan jelas ruangan itu, semua benda yang ada di dalamnya. Meski tidak bertingkat tapi luas menandakan bukan rumah sederhana. Ada satu bangunan lagi di sebelah kanan. Dan beberapa pohon juga tanaman di pot-pot besar. Halamannya tidak terlalu rimbun juga tidak terlalu lepas.

Sekali lagi pandanganku mengarah ke dirinya, lekuk lehernya, dagunya dan wajahnya. Bau tubuhnya begitu nyata. Aku baru menyadari kalau selama kita bermesraan di ruangan itu, pintu yang langsung menghubungkan ke halaman depan terbuka, dimana banyak anak-anak yang sedang bermain di luar sana, terdengar dr ramainya suara-suara mereka. Aku mengingatkannya, "Dari tadi pintunya terbuka, dan kita asyik seperti ini, apa tidak ada yang masuk?"
Dia bilang, "Enggaklah".
Kemudian dia beranjak dari pelukanku berdiri menuju pintu itu kemudian menutup pintu itu. Dia berjalan menuju ke tempatku dan aku tetap aja memandanginya dengan penuh takjub. Seakan akan masih tidak percaya dengan semua ini. Dengan dia yang benar-benar ada di hadapanku, dengan rasa dia, rasaku, keadaan ini, tempat ini, kebersamaan ini. Dengan ketidaknyataan ini yang nyata dan tidak nyata.

Beberapa waktu kemudian beberapa anggota keluarga datang dan berada di ruangan kita, mereka tidak terganggu dengan kita yang berpelukan di kursi sofa. Mereka tahu kalo kita sepasang kekasih, "Apakah kita suami istri di mata mereka?". "Apa yang mereka lihat di bentuk kita sebenarnya?".
Disitu juga ada mantan dia yang juga sahabat kita, aku tidak canggung, dia tidak canggung, sahabat kita juga tidak canggung. Benar-benar situasi yang tidak terjadi dalam nyata, pikirku. Aku melihat sahabatku itu dengan seksama, tidak ada hal yang aneh di dia, perasaan marah atau benci atau terluka, aku tidak menemukannya.

Disuatu kejadian, kita duduk-duduk bersama, entah kenapa aku kok akrab banget dengan sahabatnya ini, bahkan aku memegang tangannya sambil bicara tanpa canggung, seperti biasanya dulu sebelum aku kekasih pasanganku sekarang ini.

Aku berpikir ini tidak boleh, aku tidak boleh terlalu dekat begini ama sahabatku, meski kita semua sahabatan. Aku harus menjaga perasaan pasanganku dan sahabatku, pikirku. Tapi ketika aku melihat pasanganku, wajahnya tidak menunjukkan perasaan keberatan dan jengkel. Aku melihat di sahabatku juga gitu. Tidak ada apa apa. Ini sangatlah aneh dan di luar dari nyata. Aku kebingungan sendiri dengan keadaan ini. Tapi aku juga merasa senang dan bahagia. Mencintai dan menyayanginya. Begitupun dia.

Comments

Popular Posts