Pelepas rindu

Ketika berjalan di tepi pantai, diantara batas pasir putih dan riak gelombang yang menggapai lembut tapak – tapak kaki berjalan.
Aku berpikir, seandainya hidup ini berjalan seperti ini,
Ketika peristiwa yang sedang terjadi ataupun sudah berlalu, terhapus dengan lembut oleh air laut yang menggapai tepian pantai yang bergelayut diantara kaki – kaki
Memberikan rasa lembut, bukan rasa yang sangat menyakitkan dan merobek daging yang melekat di tulang ini.

Tiap waktu aku akan berjalan diantara batas pasir dan riak gelombang pantai, bercerita tentang semua yang terjadi dalam hidupku, rasa yang ada untuk orang – orang yang aku sayangi dan aku cintai.
Bercerita tentang wajah – wajah yang berseri dan tertawa riang dengan tatapan mata yang bersahaja, menyinarkan kasih sayang yang tiada syarat. Dan kerut wajah yang menunjukkan kekuatiran ketika ada sesuatu hal buruk terjadi. Ataupun rasa marah dikarenakan ketakutan akan sesuatu buruk yang akan terjadi pada orang – orang yang kita sayangi untuk lebih berhati – hati dalam melangkah.
Rasa bangga akan orang yang kita sayangi dan cintai ketika bisa membuat hidup ini berarti meski hanya bisa membuat tersenyum saja.

Aku tidak akan mempemasalahkan pada pantai dan riak gelombang yang selalu menghapus kenangan – kenangan dan peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam hidupku lewat tapak – tapak kakiku yang memudar seiring dengan air yang menyentuhku lembut.
Apapun yang terjadi, aku yakin ini semua adalah “lakon” yang harus aku jalani, tetap terus berjalan dengan kenangan – kenangan yang menyakitkan ataupun manis. Peristiwa – perisiwa yang menyedihkan dan mengiris hati, perih.

Jangan ada “airmata” yang menetes di pelupuk, karena itu akan menghambat dan memperberat jalan keikhlasan untuk orang – orang yang berpulang menuju kedamaian abadi. Tapi, masih aku ingin memeluk dan menciummu lebih sering dan selalu setiap hari. Dan masih ingin aku dipeluk lewat tatapan mata yang syahdu dan senyum kedamaian lewat pandangan matamu,

Coretan – coretan kehidupan telah kamu isi dalam lembaran – lembaran “kertas”ku, ketika semua akan mengarah dalam bab isian dan penutup, kamu serahkan pena kehidupanmu kepada yang di Atas.
Begitu indah kamu mengisi hari – hariku dan lembaran – lembaranku, tanpa sempat kuberpikir ini adalah akhir dari segalanya dan aku harus melangkah sendiri. Lewat senyum abadimu, seakan berkata, teruskan jalanmu dan aku akan melihat dari atas sini.

Apapun itu… apapun itu… aku bisa melihat dan merasakanmu dari sini.


14.07.2010

Comments

Popular Posts