Kembaran jiwaku
Kamu datang semalam, dengan wujud yang berbeda dari sebelumnya. Entah di tubuh siapa kamu meminjamnya. Alam bawah sadarku telah menghianatiku dengan memberikan kabar dari memori ruang bawah tanahku yang dalam. Tidak ada yang bisa membukanya bahkan diriku sendiri. Entah baik atau engga, membuatku sedikit terlena dengan gambaran2 tentang kamu.
Dengan penuh rasa ingin tahu, kamu mencoba untuk melihat dan mencari tahu aku. Terasa jelas Dari raut wajahmu dan kesungguhanmu. Sebaliknya juga, diriku terpaku dalam remang ruang, membeku dan terdiam, berharap tubuhku berbaur dengan udara dan ruangan agar keberadaanku tersamarkan olehmu. Tentang hati, meski diri sendiri selalu tidak bisa di tebak kemana jalannya. Menunggu dan berharap akan kedatanganmu, begitu kamu ada di hadapanku, ingin aku tidak nampak di pandanganmu.
Entah kamu melihatku atau tidak, aku rasa kamu merasakan aku. Dan dengan jelas aku dapat melihatmu, aku liat inci demi inci sepertinya diriku tidak ingin wujudmu terlewati oleh mataku. Setiap bintik dan pori-pori kulit wajahmu, bahkan bentuk hidungmu pun aku merekamnya dengan teliti di dalam memoriku. Rambutmu yang ikal sedikit panjang dari kebanyakan rambut pria kebanyakan. Kulitmu yang bersinar, atau memang mataku terlalu melebihkan pandangan ke kamu. Tinggimu yang proporsional. Bola mata hitammu begitu penuh dengan energi kehidupan, dan jiwaku seakan ingin lari masuk dalam dekapanmu. Bagaimana rasanya berada dalam pelukanmu? Mungkin, damai dan nyaman juga hangat.
Aku seperti terkurung dalam sebuah ruang tapi aku bisa keluar dari situ. Entah apa yang membuatku tidak beranjak dari ruang itu. Dimana pintu tidak terkunci, dan banyak jendela yang kelambunya tersibak. Aku bisa melihat keluar, dimana dirimu di depan jendela mencoba menarikku untuk keluar dari ruang ini melalui keingintahuanmu.
Itukah dirimu yang sebenarnya? Itukah kamu yang bisa membuatku berani keluar dari ruang bawah tanahku ini? Aku melihatmu. Aku merasakan rasamu. Tunggu aku. Aku akan berusaha untuk menggapai uluran tanganmu. Jangan menyerah. Akupun tidak.
Comments
Post a Comment