Bahkan dalam mimpipun


Dia datang malam itu, tidak duduk hanya berdiri di bawah lampu kamar yang sedikit temaram tertutupi secarik kertas.berdiri dibelakang rak speaker aktif dan tv, memandangi aku yang sedikit menahan sakit karena demam. aku mengacuhkannya atau memang demamku yang membuat aku meracau sendiri, meski samar - samar aku melihat siluetnya.

Aku bertanya dengan suara agak menggumam,
"ada apa?, apa yang ada dipikiranmu?"

entah mengapa, aku bisa membaca apa yang ada di pikirannya, dan seharusya aku tidak menanyakannya. karena hanya akan menambah sesak udara dalam kamarku.

"aku tidak bisa sendirian, selama ini aku ada yang menemani, aku tidak biasa" ucapnya.

dan pikiranku langsung menuju ke gambaran seseorang yang saat itu juga terekam dalam ingatannya. bersamaan dengan suaraku yang sedikit melemah menahan tubuhku yang menggigil karena demam

"dia?"

dan seharusnya, aku tidak mengikuti apa yang ada dipikiranku dengan ucapanku.

"iya" jawabnya singkat

aku memandangnya dengan mengernyitkan dahi, mencoba melawan sinar temaram lampu kamarku. kenapa saat ini, sinar lampu tidak membantuku untuk memandang wajahnya dan matanya yang tidak untukku, kapanpun itu.

dan aku masih merasakan sakit demamku. ingin aku mengutuk dia dan mencaci maki dia. tapi rasanya seakan aku berlari dan membentur tembok spon.
mati rasa

Comments

Popular Posts